Minggu, 07 Agustus 2016

Fanfic Kris : The Prince Is Not My Prince (Part I)

The Prince Is Not My Prince (Part I)

Title : The Prince Is Not My Prince (Part I)
Author : BabyBlueStar
Cast : Kris (ex EXO)/ Wu Yifan (26 thn)
           Kim Minah (22 thn)
           Yang lain cari tau sendiri yaa^^
Category : Chapter, Romance, Comedy, 15+


Semua tokoh dalam cerita ini ciptaan Tuhan yang indah haha, dan cerita ini juga seratus persen dari imajinasiku, kalau pun ada cerita yang mungkin mirip itu semua cuman kebetulan^^
Aku berharap semua bisa menikmati cerita ini, dan memberi saran yang baik^^
Jangan ada copas diantara kita ya^^

WARNING!!! Banyak typo dan kalimat yang kurang jelas bertebaran di seluruh penjuru dunia, dan cerita ini out of EYD yaw
Harap di maklumin yaa aku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan^^

Yaakkk selamat membacaaaaa....^^

________############_________

Summary...
Pangeran, aku selalu bermimpi hidup di jaman kerajaan. Kenapa? Karena di jaman itu ada yang namanya pangeran, aku selalu bermimpi akan menikahi seorang pangeran dan menjadi seorang ratu.
Konyol ya? Memang benar, karena aku tidak akan kembali ke masa itu.
Menjadi seorang istri dari pangeran di negara lain, seperti di Inggris?
Tidakk... orang bule bukan tipeku
Tapi... seperti nya pangeran dari Barat akan jauh lebih baik dari pada pangeran yang satu ini.
Kesialan sepertinya tidak hanya menyerang hidupku, tapi juga mimpiku... AIISSHHHH! Menyebalkan!!


        ________######________

*Author POV
Di pagi yang cerah, di jalan raya kota Seoul, ada seorang gadis beramput pendek sebahu, poni rata, dengan warna coklat madu, kulit putihnya yang mulus seperti memantulkan cahaya mentari pagi, matanya yang besar dan hitam legam itu begitu manis menatap apapun disekitarnya. Mata itu penuh semangat, seolah semua akan berjalan lancar kalau dia berpikir positif.

"Wawancara pertama pasti sukses. Yeay!" Ucap gadis itu penuh semangat. Kim Minah. Nama gadis itu tertera di amplop surat lamaran kerjanya. Dengan semangatnya yang menggebu2, gadis berusia 22 tahun, lulusan Korea University jurusan bisnis dan manajemen itu melangkahkan kaki jenjangnya ke dalam perusahaan bernama Wu Corporation.
Dengan sedikit drama rambut Minah terkibas2, kini Minah sudah ada di dalam salah satu perusahaan terbesar di Korea itu.  Sebenarnya perusahaan ini adalah cabang perusahaan utama yang ada di China. Perusahaan ini milik keluarga kerajaan di China. Walaupun saat ini China tidak lagi negara kerajaan, tapi sisa2 keturunan kerajaan masih tersisa di sana. Karena kemampuan mereka dalam mengelola keuangan dan dengan usaha keras mereka, keluarga kerajaan itu kini telah sukses membangun perusahaan nya sendiri tanpa bantuan pemerintah. CEO dari perusahaan ini adalah keturunan raja, dari yang diketahui masyarakat, mereka semua bekerjasama dengan sangat baik dan damai. Tidak ada perebutan kekuasaan, mereka juga tidak menggilai keturunan "darah biru" lagi sebagai besan mereka, karena di jaman sekarang sepertinya klan bangsawan di negara mereka yang tersisa hanyalah mereka saja, well, meskipun beberapa pernikahan di keluarga itu merupakan pernikahan yang di atur demi "kemajuan" perusahaan. Yang mengesankan dari mereka adalah mereka menganggap perusahaan ini sebagai negara dan para pekerja nya dianggap sebagai rakyat yang harus dipikirkan kesejahteraannya. Itulah mengapa banyak sekali para pelamar yang berebutan untuk bekerja di perusahaan tersebut.

"Urgghhhh, kenapa perut ku mulas di saat seperti ini sih?? Harus ke kamar mandi sekarangggg...." keluh gadis itu sambil terburu buru lari ke toilet.
Saat dia sampai di kamar kecil, langsung dia memasuki salah satu ruang di toilet itu untuk menuntaskan panggilan alam nya.
Saat sedang asik2nya melakukan kegiatannya gadis itu mendengar sesuatu yang janggal, asal nya dari kamar mandi, sudah pasti, tapi dari mana?
Dia berusaha mengabaikan suara aneh itu, lalu menyelesaikan panggilan alamnya. Saat selesai dia segera keluar karna waktu wawancaranya akan segera dimulai.
"Kris, bagaimana kalau ada orang lain yang masuk?" Suara wanita dengan sedikit mendesah terdengar di telinga Minah. "Aku tidak peduli, lanjutkan saja tugasmu." Tiba2 suara laki2 terdengar. "Tunggu dulu, inikan toilet perempuan, kok bisa ada suara cowok?" Batin Minah begitu kaget mendengar suara laki2 di toilet perempuan. Kemudian dia mendengar suara aneh itu lagi.
Segera dibukanya pintu kamar kecil yang menutupnya dari dunia luar, dan saat di bukanya pintu itu...
Dia hanya menganga melihat pemandangan yang tidak pernah dilihatnya seumur hidup. Seorang perempuan dengan kemeja terbuka menunjukkan tubuhnya, satu kakinya terangkat oleh salah satu tangan seorang pria itu, tubuhnya berada di dekapan pria jangkung itu, wajah pria itu tidak kelihatan karena dia menunduk di lekukan leher wanita itu.
Menyadari ada yang memperhatikan kegiatan intim mereka itu, pria dan wanita itu serentak melihat ke arah Minah dengan tatapan yang berbeda. Wanita itu kelihatan malu, sedangkan pria itu, wajahnya mengeras, seperti menahan emosi, dan rasa ingin mengutuk Minah karena mengganggu kesenangannya.
Harus diakui pria itu memiliki wajah yang emmm.... menghipnotis, tatapan nya sangat tajam, kulitnya begitu mulus, ada anting2 di telinganya menambah kesan "bad boy".
Menyadari posisinya yang tersudut, Minah hanya menunduk memberi salam tanpa menatap dua sejoli itu lalu lari terbirit2 keluar kamar mandi.
"Tuhan maafkan aku karna aku secara tidak sengaja telah mengotori mata dan pikiranku." Ucapnya dalam hati. Ini gila, tapi dia harus tetap fokus pada wawancaranya.

"Wuuuuuu... wawancara pertama sukses yeay!" Seru Minah sambil menarik kepalan tangannya yang melambangkan "YES!"
Saat dia melangkah keluar perusahaan itu, dia mengambil telepon genggamnya dari tas mungilnya. "Hallo unnie, dengar, soal wawancaraku di WU Corp, I did it!!!" Dia berusaha menahan antusiasme nya, lalu berlonjak kegirangan saat memberi tahu soal keberhasilan nya di wawancara pertamanya. Dengan dia bisa lolos untuk mengikuti wawancara pertama ini saja sudah membuat nya sangat bersemangat, apalagi kalau bisa benar2 bekerja di perusahaan ini. Minah begitu mengagumi keluarga kerajaan yang membangun perusahaan ini, begitu bijaksana dan berhati besar.

Saat di perjalanan menuruni anak tangga menuju jalan keluar dari lahan perusahaan itu, Minah berpapasan dengan pria yang sangat familiar, wajahnya lumayan, tidak mungkin dia melupakan wajah seperti itu, tapi dia benar2 tidak tau dimana. Lalu tanpa berpikir lebih keras lagi untuk mengingat siapa pria itu, Minah berlalu begitu saja. "Mungkin aku saja yang kepedean." Batinnya. Karena tadi dia merasa pria itu menatap matanya dengan sangat-sangat tajam.

"Unn, unnie harus tau, tadi aku gugupppp parah. Tapi waktu aku lihat lambang WU Corp, semuanya seperti terfokus lagi, aku bisa menjelaskan semua yang harus kujelaskan, well, that's pretty crazy y'know." Cerita Minah seolah tak akan pernah selesai mengenai wawancara tadi pada kakak perempuan nya itu. Satu2nya keluarga yang dimiliki nya setelah kedua orangtua nya meninggal akibat kecelakaan. "Unnie mengerti kalau kau sangat bersemangat, tapi cobalah fokus pada makanan mu, itu mulai mendingin." Balas kakak Minah, Hyuna. Hyuna 4 tahun lebih tua dari Minah, dan dia bekerja sebagai manajer di sebuah cafe. Dia sangat sayang dan bangga pada adik satu2nya itu, selain pintar, adiknya juga merupakan adik yang sangat baik dan tegar. Minah merangkap sebagai adik, sahabat, kakak, orangtua, segalanya bagi Hyuna. Karena itulah Hyuna akan melakukan apapun untuk melindungi kebahagiaan adiknya itu.

"Unn, wawancara yang kedua diadain minggu depan. Cocok nya aku pakai apa ya?" Tanya Minah sambil mengobrak abrik lemari bajunya. "Kamu terlihat bagus memakai apa saja, yang penting rapi, itu saja akan cukup." Jawab Hyuna sambil memperhatikan adiknya yang masih sibuk. "Tapi ini wawancara untuk masuk ke WU Corp unnie, aku tidak mungkin berpenampilan biasa saja. Ah, sudah kuputuskan besok aku akan belanja, Unnie akan menemani ku kan?" Pinta Minah dengan wajah memelas. "Unnie tidak bisa Nah-ya, besok unnie harus mengawasi cafe seharian. Boss akan datang berkunjung." Jawab Hyuna berharap adiknya mengerti keadaannya. "Ooh, yaudah deh, gapapa kok unn, aku bisa ajak teman kok. Unnie fokus saja bekerja." Jawab Minah penuh pengertian lalu memeluk kakak kesayangannya itu.

*Minah POV
"WOW" kata itu keluar begitu saja saat aku memasuki salah satu butik yang berada di bawah naungan WU Corp. Jujur saja, aku sepertinya sudah terobsesi dengan perusahaan itu. Apapun yang aku lakukan, selagi aku bisa menghubungkan nya dengan WU Corp, aku akan memilih itu.
Seperti saat ini, aku sedang berbelanja di butik yang sangat WOW milik WU Corp, pantas saja butik ini sangat terkenal, batinku.
Setelah selesai berbelanja aku mendengar nada pesan dari HP ku, aku duduk di bangku taman, lalu melihat pesan yang masuk itu.
"Sorry Minah, aku tidak bisa menemani mu berbelanja, kau tau aku harus bertemu calon suami yang dijodohkan denganku itu-,- terkutuk lah kerang ajaib, aku benci orangtuaku." Pesan itu terlihat begitu miris. Pesan dari sahabatku Yuri, dia dijodohkan oleh orangtua nya dengan seorang pria yang tidak dikenalnya, tapi dia tetap harus bersyukur karena masih memiliki orangtua, itulah yang selalu kuucapkan padanya.
"Tenang lah, coba saja dulu, siapa tau ternyata memang kalian jodoh, walaupun awalnya hanya karena perjodohan, tidak ada salahnya mencobakan?" Balasku, berharap Yuri mengerti. Dia gadis yang keras kepala.
Kulihat langit mulai menggelap, bukan karna mau hujan, tapi karna sekarang sudah malam. Kulihat layar HP ku menunjukkan jam 19.15. Aku benar2 lupa waktu saat belanja tadi.

Halte bus menuju rumahku tidak jauh dari sini, jadi aku memilih untuk jalan kaki ke sana.
Pemandangan Seoul selalu berhasil membuat ku terpesona. Meskipun hidupku tidak semegah dan semewah kota Seoul, tapi aku bersyukur memiliki kakak yang luar biasa, dan kenangan masa kecil yang sangat bahagia dengan keluarga utuhku, kedua orangtua ku.

Semuanya terasa normal sampai aku melihat ada orang yang terjatuh di halte bus itu. Segera aku berlari mencoba menolongnya. Kuangkat tubuh jangkung pria itu agar bisa duduk di bangku halte, paling tidak baju nya tidak akan kotor.
"Hey tuan... hey, bangunlah." Aku mengguncang tubuhnya pelan untuk membangunkan pria itu, tapi tidak ada reaksi. Lalu aku coba mengangkat wajahnya agar bisa menampar2 wajah nya pelan, tapi sesaat setelah melihat jelas wajahnya, aku tau aku mengenali wajah itu. Tapi siapa? Di mana aku bertemu pria itu.

"Ah, pria di WU Corp kemarin siang." Pekikku saat aku berhasil mengingat wajah pria itu. "Buukaaa baa...juu..muu.h" igau pria itu. Pertama aku tidak terlalu mengerti apa yang dikatakan nya, tapi setelah kucerna lagi, "Buka bajumu??!" Pekikku setelah mengerti apa yang diucapkan pria itu. Segera kulepaskan genggaman ku darinya. "Euwwwhhh" ucapku jijik pada pria itu. Ternyata pria tampan ini tidak menunjukkan prilaku sebagus wajahnya itu.

Kini kami duduk berjauhan, kusandarkan dia ke tiang di seberang bangku ini, dengan aku duduk di seberang sisi satunya lagi.
"Tunggu dulu, sepertinya selain di depan WU Corp tadi, aku sudah pernah melihat wajah ini, tapi di mana ya?" Pikirku. "Mungkin wajahnya saja yang pasaran, tapi tidak mungkin wajah setampan ini bisa dibilang pasaran, tapi di mana yaa?" Pertanyaan itu terus berputar di kepala ku sampai aku tidak sadar bus yang kutunggu sedari tadi telah pergi meninggalkan halte.
"HEIIII TUNGGUUU, AHJUSSIIII..." teriakku sambil berlari menyusul bus itu, tapi hasilnya nihil. Aku terpaksa harus menunggu bus selanjutnya, di sebelah pria mesum itu lagi.

Akhirnya aku harus rela duduk di tempat duduk terkutuk itu lagi.
"Hei." Aku mendengar suara pria. Cukup Minah, jangan berhalusinasi, kuucapkan itu agar aku tetap berani menunggu bus ku. "Hei nona." Kali ini sungguh bukan halusinasi karna ku dengar suara itu mengeras dan begitu jelas. Kuberanikan diri untuk menoleh ke kanan, ke arah pria mabuk yang mesum tadi, "Hhaaaaa!" Teriak ku sangat terkejut melihat pria itu sudah sadar sepenuhnya dan sedang menatapku dengan mata elangnya yang mengerikan. Pria mesum yang tidak sadarkan diri saja sudah merupakan mimpi buruk, dan sekarang pria mesum yang sadarkan diri? Bencana, benar2 bencana.
"Hei! Kau tuli ya?!" Bentak pria itu, membuatku hampir saja teriak karna ketakutan. "Tahan Minah, pura2 lah tidak mendengar nya, pura2 lah dia tidak ada." Batinku.
"Heii." Kali ini suaranya sangat dekat, seperti berada di sebelahku, lalu kurasakan tangannya menepuk bahuku.
"Tidaakkkkkkkk... tolong jangan sakiti akuuu.." teriakku ketakutan sambil menutup telinga dan meyudutkan diri di tiang halte itu, menjauh dari pria itu.
"Kau kenapa?" Tanya pria itu bingung. Kulihat ke arahnya, wajahnya seperti sedang melihat orang gila, dan orang gila yang dilihatnya tak lain dan tak bukan adalah diriku.
"Mau apa kau?!" Tanyaku setengah teriak. Lama dia merespon, "Aku hanya ingin bertanya, bagaimana aku bisa ada di sini." Jawabnya masih dengan wajah kebingungan. "Oh, ka.. kau tadi terjatuh di halte ini, lalu aku mendudukkan mu di kursi, aku berusaha membangunkan mu, sampai kau mengatakan..." jelasku terpotong, aku tidak sanggup melanjutkannya. "Aku mengatakan apa?" Tanyanya. "Ti... tidak mengatakan apa2 hehe." Jawabku gagap, kalau kukatakan sejujurnya, itu pasti akan menaikkan kemungkinan dia benar2 melakukan hal gila.
"Katakan apa yang tadi kubilang atau kupastikan kau tidak akan berhasil masuk WU Corp." Ancamnya. "Apaaa??? Bag.. bagaimana bisa kau tau so.. soal itu?" Tanyaku penuh keraguan. Sekarang aku yakin, dia benar2 melihat ke arah ku kemarin siang.
"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu sampai kau jawab pertanyaan ku tadi. Apa yang tadi aku katakan?!" Kali ini kalimatnya penuh penekanan, dia penuh dengan emosi. "Ka..kau tadi bilang, ka.. kau bilang...." Aku sungguh tidak bisa mengatakan ini. "Cepat katakan!" Perintahnya.
"Tadi kau menyuruhku untuk membuka pakaianku." Ucapku begitu cepat, tidak tau apakah dia bisa mengerti yang kukatakan atau tidak. Aku menundukkan kepala karena tidak mendapatkan respon darinya.
"HUAHAHAHAHAHAHAK" Tawanya memecahkan keheningan malam. Aku sungguh bingung melihat nya, reaksinya menunjukkan seolah olah aku baru saja menjadi stand up comedian yang sangat lucu-,-
"Aku? Menyuruhmu membuka pakaianmu? HUAHAHAHAHA Sepertinya aku benar2 mabuk sampai menyuruh papan seperti mu membuka baju untukku. Hehh ... hehhh" Dia bicara sambil tertawa terbahak2, airmata nya sampai keluar. Pria ini benar2 gila. Apa? Aku papan? Dia pikir dia siapa?
Pria ini membuat ku sangat muak. Untunglah bus ku untuk pulang segera tiba. Langsung kutinggalkan pria yang masih tertawa itu tanpa mengucapkan apapun.
"Aku tidak akan pernah mau berurusan dengan makhluk itu lagi." Rutukku dalam hati.


*Author POV

Hari wawancara kedua pun tiba. Minah dengan pakaian barunya penuh percaya diri memasuki kantor pusat WU Corp itu.
"Semangat Minah, setelah ini kamu akan meraih cita2mu." Ucapnya dalam hati untuk memberi aura positif pada diri sendiri.
Gadis itu menjadi pusat perhatian saat masuk ke ruang tunggu. Bagaimana tidak, dengan rok span berwarna biru tuanya yang sedikit di atas lutut, dan kemeja hitam berbahan transparan dan jatuh lembut di kulit putih mulusnya. Membuat dia terkesan cantik sekaligus sopan. Dandanannya simple, dengan lipbalm warna merah muda mengkilat di bibirnya membuat kecantikan gadis itu bertambah 1000% Meskipun tubuhnya pendek (hanya sekitar 156-158 cm), kaki jenjangnya jelas terlihat menggoda dibalik rok itu.
"Nona Kim Minah." Panggil seseorang dari ruang wawancara. "Saya." Jawab Minah, lalu dia memasuki ruang wawancara.
Betapa terkejutnya Minah karna di seberang ruang wawancara itu, dia melihat sosok yang sangat diingat nya. "Cowok mesum." Cibir nya dalam hati. Dia bukan gadis bodoh yang akan berteriak mengatai orang saat kondisi seperti ini.
"Silahkan duduk nona Minah." Kata pria mesum itu padanya. Minah pun menuruti nya dan duduk di kursi wawancara itu. Dia gugup, dan kegugupan nya bertambah karena pria mesum yang dikenalnya ada di ruangan ini.

Untunglah wawancaranya berjalan dengan lancar, dan pria itu tidak melakukan sesuatu yang aneh. "Siapa sebenarnya dia? Sepertinya dia memiliki jabatan yang cukup penting di WU. Untunglah aku tidak membuat masalah lanjutan dengannya waktu itu." Minah berbicara sendiri dengan suara yang sangat kecil sembari keluar dari ruang wawancara.
"Nona Minah tunggu sebentar." Minah berhenti dan membalik tubuh kecilnya itu saat mendengar namanya dipanggil.
"Iya, ada apa ya?" Tanya Minah karna bingung ada masalah apa sampai dia dipanggil oleh yang diketahuinya sebagai chief di bidang pemasaran itu. "Tuan Kris meminta anda untuk tetap berada di daerah kantor sampai wawancara selesai, dan saat semua selesai datanglah ke ruang tuan Kris, begitulah katanya." Jelas chief itu. "Baiklah, terimakasih chief." Jawab Minah lalu memberi hormat pada chief yang segera berlalu itu.
"Tuan Kris? Siapa itu? Apa bukan cuman aku yang dipanggil?" Tanya Minah pada diri nya sendiri.

Selama menunggu wawancara selesai sekitaran 3 jam lagi, Minah menunggu di cafe kantor.
"Permisi apa ada orang yang duduk di sini?" Tanya seorang pria pada Minah sambil menunjuk kursi yang ada di depannya. Minah bingung, dan melihat ke sekelilingnya, masih banyak kursi kosong, tapi tentu saja dia harus sopan pada orang yang baru dikenalnya.
"Tidak ada, silahkan duduk." Jawab Minah sopan. Ternyata jika dilihat2 pria ini lumayan... emmm... sebenarnya... sangat tampan, dengan wajah tirus, hidung tinggi, dan kulit mulus, mata yang menawan, postur tubuh tinggi ideal, bibir yang kecil tapi ranum. "Dia lebih cantik dari pada aku." Batin Minah.

*Author POV
"Kamu pelamar kerja juga ya?" Tanya pria itu. "Iya, apakah anda juga pelamar kerja tuan...?" Aku tidak tau apa nama pria itu. "Sehun, Oh Sehun." Katanya sambil mengulurkan tangannya. Aku membalas uluran tangannya, kami berjabatan tangan sesaat, tapi dia tidak juga melepaskan tanganku, sampai aku menarik tangan ku paksa.
"Apa semua pria di dunia ini genit seperti ini?" Batinku. Sayang sekali wajah tampan begini, tapi kelakuan seperti om om kesepian.
"Aku, bukan melamar kerja haha. Aku kebetulan sudah bekerja di sini." Jawab pria itu. Beruntung sekali dia, pantas wajahnya berseri2, dia bekerja di perusahaan paling bijaksana di dunia.
"Bagaimana rasanya kerja di sini?" Tanyaku, tanpa sadar suaraku mengeras karena antusiasme yang kurasakan. "Emm... lumayan seru." Jawabnya singkat. "Seru? Hanya itu?" Tanyaku lagi menuntut jawaban lebih. "Hahaha yaa begitulah, perusahaan ini akan lebih menarik kalau kau masuk ke dalam." Katanya sambil tersenyum, terasa sekali dia sedang menggodaku. "Ha ha." Aku hanya bisa tertawa canggung. Sungguh aku tidak biasa dengan laki2. Aku hidup dengan kakak ku, dan aku tidak pernah pacaran, bahkan suka dengan seseorang, mungkin karna aku terlalu fokus belajar.
"Ya sudah, sepertinya aku harus kembali bekerja, semoga kau lulus ya.. nona..." diapun memberhentikan kalimatnya, seperti memberi kode keras agar aku memberi tau namaku. "Minah, Kim Minah." Jawabku. Dia hanya merespon dengan senyuman dan diapun pergi.
"Aku enggak ngerti kenapa cowok selalu bertingkah seperti itu." Omelku sendiri sambil memakan kue coklat yang tadi kupesan.

Kulihat jam tanganku, sudah menunjukkan jam 18.45, "Sudah waktunya aku ke ruangan tuan Kris itu." Batinku lalu mengambil semua barang2ku, lalu pergi meninggalkan cafe.

Saat di perjalanan, aku melihat seseorang yang tidak asing lagi. "Wuuh, si mesum." Pikirku lalu segera sembunyi di balik dinding.
Setelah beberapa saat kuintip lagi ke balik dinding, dia sudah pergi. "Fyuhhhh." Kuhembuskan nafasku kasar karena lega.
"Kau bernafsu sekali untuk bernafas, seperti tidak pernah bernafas saja." Kudengar suara berat laki2 di dekat telingaku. "Yaakk." Pekikku kaget saat kulihat sumber suara itu. "Si mesum!" Pekikku lanjut.

Ekspresinya yang tadi terlihat sedang good mood, sekarang berubah menjadi sangat menyeramkan, sepertinya dia sedang menahan emosi. "Astagaaa Minah bodoh, kau tau dia orang penting di WU dan kau mengatakan dia mesum, cari mati." Batinku menyadari kebodohanku.
"Maaf, permisi." Kataku buru2 lalu pergi segera ke ruangan tuan Kris yang kata customer service tadi berada di lantai paling atas, lantai 12.
Aku merasa ada yang mengikutiku, aku semakin mempercepat langkahku. Aku belum resmi masuk di sini, tapi aku sudah merasa begini tertekan, apa mungkin WU Corp bukanlah jodohku. "Tidak. Aku tau keinginanku, dan aku akan menggapainya." Batinku menyemangati diriku sendiri.

"Permisi, saya tadi dipanggil untuk menemui tuan Kris, apakah beliau bisa di temui saat ini?" Tanyaku pada wanita di depan ruangan tuan Kris, dari pengamatanku sepertinya dia sekretaris tuan Kris.
"Tuan Wu Yifan sedang... Oh, selamat datang pak." Kata wanita itu, tiba2 berdiri dan memberi hormat pada seseorang yang ada di belakangku. Sepertinya tuan Kris itu sudah ada di belakangku. Kubalikkan tubuhku, lalu langsung memberi hormat tanpa melihat wajah orang itu terlebih dulu.
"Sekarang kau memberi hormat pada si mesum?" Tanya pria itu, suara beratnya sangat familiar. Segera kuangkat kepalaku, dan mendapati pria yang paling tidak ingin kutemui di dunia. Si mesum. Dia tuan Kris?! Mau apa dia memanggil? "Oh Tuhan... semoga ini bukan hal buruk." Batinku, memohon belas kasihan dari Tuhan.
"A.. anda tuan Kris?" Tanyaku takut2. "Kita bicarakan di dalam ruanganku." Katanya lalu pergi mendahuluiku memasuki ruangannya. Ntah kenapa aku punya firasat buruk soal ini.

"Duduklah." Katanya saat kami sudah berada di ruangan nya. Ruangan ini sangat luas, sama seperti sebuah apartemen mewah. Aku curiga di sini juga ada kamar dan pastinya tempat tidur.

"Kau tau siapa aku?" Tanya nya dengan nada mengintimidasi. "Emm... a..anda pak Kris?" Jawabku dengan pertanyaan. "Itu namaku, aku bertanya, apakah kau tau apa jabatan ku di WU Corp?" Tanyanya lagi. Wajahnya serius sekali, berbeda dengan saat terakhir kali kami berjumpa. "Maaf pak, saya tidak tau." Jawabku jujur. Aku benar2 tidak ada clue soal dia. "Tidak usah berbohong." Katanya, nada bicaranya semakin dingin, tatapan matanya semakin tajam. "Untuk apa saya berbohong?" Tanyaku padanya. Memang nya apa keuntungan berbohong soal aku tau jabatannya atau tidak.
"Kau pasti sengaja mendekatiku waktu di halte." Katanya dengan penuh percaya diri. "Bahkan saya tidak mengenali wajah anda waktu itu pak. Jujur saja mata saya rabun jauh, meskipun belum parah." Jelasku padanya. "Aku tidak peduli kau rabun jauh atau tidak, tapi karna kebohongan mu, kau tidak akan pernah diterima di perusahaan ini selamanya." Katanya dengan suara tinggi. "Apaa??? Apa salah saya pak?" Tanyaku begitu terkejut dengan kalimatnya, kenapa dia begitu tega melakukan itu?
"Aku tidak akan menerima pembohong di perusahaan ku." Jawabnya dengan wajah santai sambil mulai membuka berkas2 di mejanya. "Perusahaannya? WU Corp adalah perusahaan milik nya? Jadi dia keturunan raja?" Batinku. Kalimatnya berhasil membulatkan mataku sempurna tidak percaya.
"Anda pemilik WU Corp?" Pertanyaan ku akhirnya berhasil kukeluarkan. "Ah, akhirnya kau menyadari kebodohan mu karna berbohong padaku?" Jawabnya dengan pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu kumengerti. Dia menuduhku berbohong, dalam rangka apa? Kalaupun aku berbohong tidak mungkin aku menyebutnya si mesum saat kami berjumpa. Sepertinya dia tidak sepintar itu untuk menyadari apa yang terjadi.
"Saya tidak berbohong pak. Saya benar2 tidak mengenali anda. Kalaupun saya berbohong, tidak mungkin saya menyebut anda si mesum, dan mungkin ini tidak akan terlalu mengubah pemikiran anda tentang saya, tapi mohon pertimbangkan soal penerimaan saya sebagai pegawai di WU Corp, saya akan memberikan yang terbaik. Hanya ini yang bisa saya sampaikan pak. Maaf saya telah menyita waktu anda. Permisi." Jelasku lalu pergi begitu saja. Aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan air mata ku. Tidak pernah ada orang yang menuduhku seperti itu.
"Hei kau! Berani sekali kau pergi tanpa izinku." Teriak nya dari dalam ruangan, aku tidak peduli, lagian aku bukan bawahannya, dan aku tidak akan mungkin menjadi bawahannya. Tidak terasa airmata ku sudah ada di sudut mataku siap untuk mengalir.
"Hei kau berhenti!" Kurasakan tanganku ditarik dengan keras.
Aku meronta mencoba melepaskan tanganku dari genggaman nya. Dia kuat sekali, tanganku sampai terasa perih, sangat sakit.
"Ikut aku!" Perintahnya, lalu menarik ku kembali ke dalam ruangannya. Sekretaris nya begitu kebingungan melihat kami.
Brukkk
Dia mencampakkan tubuhku ke atas sofa di ruangannya. "Anda punya urusan apa lagi saya?" Tanyaku dengan nada penuh emosi. Aku tidak pernah berbicara tidak sopan begini pada siapapun, apalagi pada orang penting seperti orang mesum ini.
Dia tidak menjawab pertanyaan ku. Dia mendekatiku, dia melihat langsung ke mata ku, tatapannya sangat tajam, sampai aku tidak bisa bergerak.
"Ya Tuhan, apa yang akan dilakukannya padaku?" Batinku. Dia semakin mendekat.
Kini tangannya sudah berada di sisi kanan dan kiri kepalaku, mengunci pergerakan ku. "Kau telah mengganggu kesenangan ku di kamar mandi waktu itu, kau juga menyebutku "si mesum", kau berpura2 tidak mengenaliku... Sepertinya sudah sepantasnya kau dihukum." Bisiknya di telinga kiriku. Suaranya yang berat membuat jantungku seperti mau meledak.
Glekkk
Aku hanya bisa menelan ludah. Pria ini sepertinya sangat ahli untuk hal2 seperti ini. Ada apa denganku? Kenapa aku tidak bisa melawan?
"Benar begitu,  jadilah gadis manis, diam, dan nikmati saja. Aku tidak akan terburu2." Bisiknya lagi.
Perasaanku saja atau memang wajahnya semakin dan semakin dekat. Ini benar2 tidak beres.
"Upphh" suaranya tertahan oleh tanganku. Saat ini jarak bibirnya dan bibirku bahkan tidak sampai 1 cm.
"Apa yang ingin anda lakukan?" Tanyaku dengan suara yang cukup keras, sambil mendorongnya sekuat tenaga. Meskipun tidak bisa mendorong nya terlalu jauh dariku, paling tidak kini ada jarak di antara kami. Kalau jarak kami terus sedekat tadi, mungkin aku tidak akan bisa bernafas lagi. Dia sangat memikat, dan berbahaya.
"Kau tidak perlu malu seperti itu..." Katanya dengan wajah menggoda lalu kembali mendekati ku.
Melihat tingkah nya itu, segera aku berdiri.
"Maaf, jika hal menjijikan seperti ini yang anda lakukan kepada calon pegawai di kantor anda. Saya tidak yakin anda pantas mendapatkan posisi itu." Ketus ku sambil berlari kecil terburu2 keluar ruangannya. Aku takut dia bisa mencapai tanganku lagi. Tapi saat aku menoleh ke belakang, dia tidak terlihat menyusul.
Kuperlambat langkahku saat aku merasa sudah cukup aman.
"Dasar laki2 mesum gila!" Seru ku saat sampai di luar kantor. Kulihat ke sekeliling tidak ada lagi orang. Pantas saja, sekarang sudah hampir jam 8 malam. Anggap saja tadi hanyalah mimpi buruk. Sekarang aku rela walaupun tidak akan bisa diterima di sini. Lagian siapa yang tahan punya atasan mesum dan gila seperti orang tadi.

*Author POV
"Aku tidak akan melepaskan nya, sampai aku berhasil mendapatkan apa yang kumau." Kata Kris sambil meminum anggur merah di tangannya. "Sepertinya dia ingin bermain kejar2an, yang benar saja, aku tidak akan terkecoh. Dia akan menjadi milikku hanya dalam beberapa hari." Batinnya.

"Huwaaaaaaa...." Rengekan Minah memecah keheningan malam. Curahan hati nya yang tertekan akibat ulah Kris tertumpahkan saat dia bertemu kakaknya Hyuna. "Tenanglah, siapa tau karna kamu sudah bilang seperti itu hatinya tersentuh lalu mengijinkan kamu masuk WU Corp." Kata Hyuna mencoba menenangkan adiknya yang bersedih itu. "Siapapun kau Kris Wu, aku tidak akan memaafkan mu karna sudah membuat adikku menangis." Batin Hyuna.

Triingggg.... Triingggg.....
Suara HP Minah berdering di pagi hari. Dia sedang asik memasak di dapur untuk sarapan dia dan kakaknya. Tapi dia segera meluangkan waktu untuk mengangkat HPnya yang terus2an berdering.
"Yeoboeseyoo?" Tanya Minah dengan suara sesopan mungkin, karena tidak ada nama pemanggil yang tertera.
"Hoi cewek genit, kau kuterima kerja di kantorku. Besok datang... Ah, tidak, sekarang datang ke WU Corp. Sekarang! Aku tidak mau ada pekerja ku yang malas!" Kata pria di seberang sana tanpa memberi jeda untuk Minah bicara. "Tapi aak..." Kata Minah, terhenti karena teleponnya dimatikan. "Tutt... tutt..."
"Si mesum ini!!! Aisshhh.." gerutu Minah melihat telepon genggamnya itu. "Kenapa Nah-ya?" Tanya Hyuna melihat tingkah adiknya yang aneh itu. "Aku diterima kerja di WU Corp. Dia menyuruhku ke kantor sekarang." Jawab Minah dengan wajah terkejut dan terdapat percikan emosi di matanya. "Ya sudah, pergilah. Unnie bisa masak sendiri." Kata Hyuna penuh pengertian.

*Kris POV
"Dasar lambat!" Gerutu Kris sambil mengetuk2 layar HP nya dengan jarinya karna kesal. Sudah dua jam aku menunggu gadis genit itu. Kenapa ada gadis menyebalkan seperti itu sih di dunia ini? Aku yang ingin membullynya malah aku yang kesal dibuatnya.

Tok tok tok...
Kudengar suara pintu ruanganku diketuk. "Masuk." Ucapku.
Segera setelah itu masuk sosok yang dari tadi membuat ku kesal. Dia datang dengan tertunduk. Gadis ini tubuhnya kecil sekali, pasti akan sangat pas dalam pelukanku. Tanpa sadar aku mengeluarkan smirkku karna terlintas kegiatan yang menyenangkan antara aku dengan dia di benakku. Tapi aku harus menahan diri dulu, agar kegiatan kami nanti akan semakin menyenangkan dan panas.
"Hahahahaha." Tanpa sadar tawaku keluar. Sadar dengan tawaku yang tiba2 dia langsung mengangkat wajahnya.

*Minah POV
Dia tertawa tiba2, tidak ada angin tidak ada hujan. Segera kuangkat kepalaku, melihat langsung ke arahnya.
Dia menatap langsung ke mataku. Begitu tajam dan... memikat. Dan seulas senyum terkembang di wajahnya. Senyuman yang lebih terlihat seperti senyum orang jahat. "Aku punya firasat buruk." Batinku. Aku enggak kuat melihatnya sedekat ini terus menerus. Apa mungkin... aku... begitu membecinya?

"Duduk lah." Katanya. Aku mengikut saja apa yang dikatakannya. Paling tidak kali ini tidak ada tarikan dan dorongan kuat darinya.
"Kenapa anda tiba2 merubah pikiran?" Tanyaku. "Tidak perlu sesopan itu. Panggil saja aku tuan Kris." Katanya dengan santai nya. "Bukannya itu lebih terkesan canggung ya?-,- Dasar cowok mesum gila" Batinku.
"Aku menerima mu bekerja di perusahaan ini, tapi kau akan bekerja sebagai asisten pribadiku." Jawabnya. "Apa? Asisten pribadi nya? Itu kan sama saja aku bukan bekerja di WU Corp!" Protes ku dalam hati.
"Maaf, saya melamar sebagai pegawai di bidang manajemen, bukan sebagai asisten pribadi. Kalau begitu saya permisi." Kataku sambil bersiap untuk meninggalkan ruangan terkutuk ini.
"Berhenti. Baiklah, kau akan bekerja di bidang manajemen. Jadi lah manajerku." Katanya. Perasaanku saja atau apa, dia terlihat seperti membujukku. Sebagai manajernya? Itu sepertinya lebih baik daripada menjadi asisten pribadi.
"Baiklah." Jawabku singkat lalu kembali duduk dengan benar.

*Author POV
"Hehehehe Dasar bodoh. Apa bedanya menjadi asisten pribadi dengan manajer? Pasti ini akan menjadi permainan yang menyenangkan." Batin Kris, pikiran nya kini sudah penuh dengan rencana busuk dan pastinya sangat jahat.
Entah apa yang akan terjadi pada Minah setelah ini




TBC

2 komentar:

  1. Lanjut kak ceritanya. Aku suka sama cerita kaka.. Hehe.. Cowo ganteng yg jahat memang kerennn

    BalasHapus
  2. Lanjut kak ceritanya. Aku suka sama cerita kaka.. Hehe.. Cowo ganteng yg jahat memang kerennn

    BalasHapus