Jumat, 19 Agustus 2016

Fanfic Kris || The Prince Is Not My Prince (Part II)





Title :
The Prince Is Not My Prince (Part II)
Author : BabyBlueStar
Cast : Kris (ex EXO)/ Wu Yifan (26 thn)
           Kim Minah (22 thn)
           Yang lain cari tau sendiri yaa^^
Category : Chapter, Romance, Comedy, 15+


Semua tokoh dalam cerita ini ciptaan Tuhan yang indah haha, dan cerita ini juga seratus persen dari imajinasiku, kalau pun ada cerita yang mungkin mirip itu semua cuman kebetulan^^
Aku berharap semua bisa menikmati cerita ini, dan memberi saran yang baik^^
Jangan ada copas diantara kita ya^^

WARNING!!! Banyak typo dan kalimat yang kurang jelas bertebaran di seluruh penjuru dunia, dan cerita ini out of EYD yaw
Harap di maklumin yaa aku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan^^

Yaakkk selamat membacaaaaa....^^

________############_________

Summary...
Pangeran, aku selalu bermimpi hidup di jaman kerajaan. Kenapa? Karena di jaman itu ada yang namanya pangeran, aku selalu bermimpi akan menikahi seorang pangeran dan menjadi seorang ratu.
Konyol ya? Memang benar, karena aku tidak akan kembali ke masa itu.
Menjadi seorang istri dari pangeran di negara lain, seperti di Inggris?
Tidakk... orang bule bukan tipeku
Tapi... seperti nya pangeran dari Barat akan jauh lebih baik dari pada pangeran yang satu ini.
Kesialan sepertinya tidak hanya menyerang hidupku, tapi juga mimpiku... AIISSHHHH! Menyebalkan!!


        ________######________

*Author POV
"Hyaa, Kim Minah datang ke ruanganku sekarang!" Teriak Kris di telfon, dia sudah memanggil Minah 7 kali, tapi gadis itu tidak datang juga. "Aiishhhh andai saja aku tidak ada niat balas dendam, aku tidak akan memperkerjakan orang macam dia." Gerutu Kris dalam hati.

"Kenapa aku harus bercita-cita bekerja di perusahaan yang pemimpinnya gila dan mesum seperti ini sih?!" Gerutu Minah sambil mengacak rambut bob nya yang halus itu. Sekretaris Kris yang bernama Lee Nara itu sampai dibuat kebingungan. Tidak ada pegawai di WU Corp yang berani bersikap bahkan berpikir seperti Minah mengenai tuan Wu. Dia mengenal Tuan Wu Yi Fan sebagai pemimpin yang bijak dan rendah hati juga sangat cerdas.

"Kenapa kau memanggilku? Mesum." Tanya Minah dengan tampang kesal sesampainya dia di ruangan Kris. "Hei hei hei! Siapa yang kau panggil mesum?! Apa begini caramu bersikap pada atasanmu?" Balas Kris tak kalah kesal. "Ya sudah, pecat saja aku. Apa susahnya?" Tanya Minah balik menantang boss nya yang kelewat tampan itu. Dia memang ingin sekali dipecat. Kalau dia mengundurkan diri sebelum batas kontrak dia harus membayar denda yang besar, itulah kenapa Minah tetap bertahan walau pun dengan sikap kasar nya itu.

"Huuhhh... baiklah. Anda ingin saya melakukan apa lagi TUAN WU YI FAN?" tanya Minah dengan mempertegas panggilan Kris itu.
"Atur schedule ku hari ini, sekarang kita akan ke tokyo." Jawab Kris sambil mengambil jas nya di punggung kursi kekuasaan nya. "Tokyo? Apa yang kita lakukan di sana?" Tanya Minah kaget sambil mengikuti langkah panjang Kris terburu2. "Makan siang dan bersenang senang." Jawab Kris, mengerlingkan matanya menggoda Minah. "Apaa? Yang benar saja! Hey tunggu!" Teriak Minah berharap Kris melambatkan langkahnya. Tapi nihil kini Kris sudah masuk ke mobil mewah nya tanpa peduli Minah yang ngos2an mengikuti nya.

*Minah POV
"Aku tidak tau cara mendeskripsikan bagaimana bencinya aku pada pria ini." Gerutuku dalam hati. Semakin lama semakin sulit menahan emosi menghadapi makhluk kejam dan mesum ini. Makan siang ke Tokyo? Yang benar saja. Kalo makanan khas Jepang di restoran Sushi di Seoul juga banyak.
"Kau sudah beli tiket?" Tanyaku pada Kris. Sungguh hanya padanya aku tidak sopan begini, padahal dia 4 tahun lebih tua dariku. "Tiket? Haha, kita akan naik jet pribadi ku." Jawabnya sombong. Jujur saja aku ternganga mendengar ucapannya.
Grebbb
Aku merasakan ada sesuatu yang kokoh yang melingkar di pinggang ku. "Jangan jauh2 dariku, kamu bisa hilang nanti. Lihat tubuh kecil mu itu, para pedofil pasti akan tergoda melihatmu." Katanya dengan wajah angkuh dan sok tampan itu.
"Lepas!" Perintahku sambil berusaha melepaskan lingkaran tangannya dari pinggang ku. Aku benar2 tidak nyaman disentuh laki2, apalagi laki2 jenis kelamin berjalan seperti dia ini.
Tapi hasilnya nihil, dia terlalu kuat untuk kulawan.
"Hyaahhhh." Pekikku, tiba2 dia menarikku ke dalam pelukannya. Tubuhnya yang kekar dan tinggi menutupi tubuh ku sempurna. Aku seperti sedang dipeluk beruang, hangat dan nyaman. "Nyamann??!" Batinku tersadar dengan apa yang aku pikirkan. Aku sudah gila, benar2 sudah gila.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Kataku sambil meronta dalam pelukannya. "Husstt.. diamlah, mantanku ada di dekat kita, kalau dia tau aku ada di sini, pasti dia akan sangat heboh." Jawabnya sambil melirik ke segala arah, sepertinya dia serius. Tapi kalau semakin lama seperti ini, aku lah yang akan membuat heboh karna jatuh pingsan.

"Kris Wu?" Kudengar suara perempuan, dia ada di belakang Kris. Bodohnya posisi berpelukan kami masih tetap bertahan. Kulihat Kris melirik ke belakang dengan takut2, ternyata dia bisa ketakutan juga. HAHAHAHA. Entah kenapa aku merasa bahagia.
"Miranda? Sedang apa kau di sini? Hehe" tanya Kris canggung pada wanita itu. Dia bertubuh sangat ramping dan tinggi, dandanannya heboh seperti sedang menghadiri acara di kerajaan. Kutebak pasti dia seorang model. Tipe Kris memang pasti seperti dia, bukan gadis kecil dan tidak seksi sama sekali seperti ku. "Apaan sih Minah, kau seperti kecewa saja, dasar bodoh!" Rutukku pada diriku sendiri.
"Siapa flatchest (dada rata) itu?" Tanya wanita itu sambil menunjuk ke arah ku yang masih ada di rangkulan Kris. "Dia tunangan ku." Jawab Kris santai, aku pun hanya mengangguk saja. Sampai kusadari kalimatnya barusan. "Apaaa???" Teriakku dan wanita itu bersamaan.
"Aku tidak percaya, dia saja kaget seperti itu. Ayolah Kris, jangan bersembunyi lagii... main sama aku lagi yukk..." kata wanita itu dengan nada menggoda.
"Wajar dia terkejut, karna aku memang belum bilang padanya kalau kami ini dijodohkan... kita akan segera menikah sayang, jadi jangan kaget begitu." Jawab Kris, setelah melihat ke arah wanita itu, dia langsung melihat ke arah ku.
"Tapii.... hmpphhh.." Kalimat ku tidak bisa kuselesaikan karna tiba2 mulutku sibungkam oleh bibir Kris. Terasa dia melumat lembut bibirku. "Euwhhh.." batinku. Ini menjijikan. Ntah apa saja yang sudah masuk ke mulutnya. Kulihat gadis itu pergi dengan kesal.
Kukira ciuman itu akan berakhir setelah wanita itu pergi, tapi malah ciuman itu semakin intens. "Mmpphhh... mmphhh" Aku meronta, mendorong, berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari makhluk mesum ini.
"Aahhh... Recharge yang melegakan." Katanya setelah akhirnya dia melepaskan ciuman kami(?).
Plakkk
Satu tamparan dariku mulus mendarat di pipi nya. "Kau benar2 menjijikan. Itu ciuman pertama ku, dan kau... kau merebutnya paksa dariku. Dasar Mesum kau!" Teriak ku. Aku sangat marah, kesal, dan prihatin pada diriku yang tidak memiliki pertahanan dari pria macam dia.
Tapi dia tidak memberikan reaksi. Hanya diam mematung sambil meraba pipinya.
"Itu tamparan pertama yang pernah mendarat di pipiku. Bukankah kita impas?" Katanya tiba2. Tidak adil. Tapi yang dikatakannya memang benar, tapi tetap saja satu tamparan pertama, tidak akan sebanding dengan ciuman pertama. Aku merasa mulutku sangat kotor saat ini.
Aku berniat kabur, menjauh dari Kris paling tidak untuk saat ini. Tapi langkahku segera di hentikan oleh tarikan tangannya. Dia menarik ku mendekat padanya, "Semakin kau bersikap seperti ini, kupastikan malam pertama mu pun akan jadi milikku." Ancamnya dengan tatapan serius, langsung menusuk ke mataku sambil menggenggam daguku dengan telunjuk dan jempol kanannya. Tangannya satu lagi masih menggenggam tangan ku. "Ommaaa.... kenapa anak gadismu ini harus berurusan dengan pria menakutkan seperti ini?" Keluhku dalam hati, menelan ludah sebisa mungkin.
Cupp
"Ayo kita berangkat." Katanya santai setelah mengecup singkat bibir ku. Lalu menarik tanganku agar aku mengikuti nya. "Berhentilah melakukan itu padaku." Pintaku pada Kris di perjalanan menuju jet pribadi nya. "Itu apa?" Tanyanya balik. "Hal2 mesum seperti itu." Jawabku. Benar2 memalukan harus mempertegas kejadian barusan. "Seperti itu bagaimana?" Tanyanya lagi dengan wajah menggoda. "Kau pasti tau. Jangan sok polos!" Kataku tegas padanya. Tapi dia tidak menjawabku, dia hanya terkekeh pelan.

Saat ini kami sudah ada di dalam jet pribadinya. Wow. Itu adalah satu2nya kata yang bisa kuucapkan untuk jet ini. Semua yang ada di dalamnya sangat mewah dan lengkap, Wu Corp memang yang terbaik. Sialnya, aku harus duduk berhadapan dengan makhluk mesum ini, dan jarak di antara kami tidak terlalu jauh. Padahal ada tempat duduk lain yang kosong, tapi dia tetap memaksaku duduk di sini. Kaki panjangnya sudah melewati batas, jadi kaki ku saat ini berada diantara kakinya. Posisi ini benar2 tidak nyaman.

"Sampai di mana pembicaraan kita tadi?" Tanyanya tiba2 saat jet sudah lepas landas. "Di mana apanya? Yang tadi itu sudah selesai." Jawabku, tidak berani membalas tatapan matanya. Aku hanya memandangi keluar jendela. "Heiii... aku di sini." Katanya, lalu kurasakan daguku digerakkan oleh tangannya untuk melihat ke arahnya.
Glupp
Aku hanya bisa menelan ludah, pria mesum ini memang sangat tampan.
"Kalau kau masih tidak menjawab, aku akan meneruskan kegiatan kita di bandara tadi." Katanya dengan suara beratnya, perlahan lahan dia semakin mendekati ku. Dia serius. "Oke oke, apa yang kau ingin aku katakan? Tapi kumohon menjauhlah dariku." Aku sudah menjawabnya, dan sudah berusaha mendorong nya, tapi tetap saja jarak diantara kami semakin menipis.
Dan tak lama setelah itu, kurasakan sesuatu yang lembut, kenyal, dan sedikit lembab menyentuh bibir ku. "Astagaaa... apa yang harus kulakukan sekarang?" Batinku.
Tidak sanggup membuka mata melihat wajahnya yang sangat dekat, akhirnya kututup mataku, bukan karna aku menikmati ciuman ini, tapi karna terpaksa.
Aku terus berusaha untuk mendorong tubuhnya, tapi tidak bisa. Apakah aku selemah itu? Atau dia yang terlalu kuat.

Semakin lama ciuman nya semakin tidak karuan, aku yang tidak menginginkan ini tentu saja tidak membalas ciuman nya.
Kini tubuhnya sudah ada di atasku. Lutut kirinya di atas tempat duduk ku menahan tubuhnya, sedangkan kaki kanannya tetap dalam posisi berdiri, tangan kirinya berada di pinggang ku menarik tubuhku sampai aku seperti melayang, dan tangan kanannya menggenggam leher ku, mempererat ciuman yang dilakukannya.
Tanpa aba2 dia tiba2 menggigit bibir bawahku. "Aakk" Pekikku kesakitan, lalu tidak menyianyiakan kesempatan, lidahnya kini sudah memasuki rongga mulutku.
"Euwhhh menjijikkan sekali. Ini tidak bisa dibiarkan, tapi bagaimana cara ku untuk melepaskan diri dari makhluk mesum ini?!" Batinku, begitu tersiksa dengan perlakuannya padaku.
"Hmmmpphhhh" teriakku tertahan karna bibirku masih menempel pada bibirnya. Dia tiba2 menarik ku ketempat duduknya. Kini dia yang berada di posisi duduk, dan aku di atasnya. Aku terduduk di atas pangkuan nya. Kakinya berada di antara kaki ku. Untung aku memakai rok yang agak kembang, kalau tidak, pasti rok ku sudah koyak saat ini. Ini benar2 memalukan. Bernafas pun aku sudah tidak tau bagaimana caranya. Tapi dia masih saja asik, seperti tidak membutuhkan oksigen.
"Bernafas lah dengan hidung mu." Katanya dengan suara mendesah, masih sangat dekat dengan wajah ku, sampai aku bisa merasakan pergerakan bibirnya.
"Tap.. hmmpphhh" Tanpa aba2 dia melanjutkan ciuman ganasnya lagi. Aku hanya bisa melawan lemah. Meronta2, dan memukul dada bidangnya berusaha agar dia melepaskan ku, walaupun sepertinya itu tidak berfungsi sama sekali.
"Balas ciumanku, baru aku lepaskan." Bisiknya di telinga ku, membuat ku merinding.
"Ta.. tapi aku tidak tau caranya, aku mohon, lepaskan aku tuan Wu." Lenguhku, berharap dia mengasihani aku.
"Suara yang menggoda sayang. Ikuti saja gerakanku." Katanya, lalu tiba2 kembali menyambar bibirku.
Dia kembali mengecup bibir ku, pertama ciumannya terasa ringan, sehingga aku masih bisa mengikuti gerakan nya. Tapi lama kelamaan ciumannya semakin ganas. Suara decakan akibat kegiatan kami memenuhi jet pribadinya ini.
Tiba2 kurasakan sesuatu yang menonjol di bawah selangkangan ku. "Apa itu?" Batinku.
"Engghh, baiklah cukup sampai disini untuk saat ini. Kembali duduk di tempatmu." Katanya parau, suaranya serak dan berat. Seperti sedang menahan sesuatu.
Dengan lega dan tenang akhirnya aku lepas darinya, dan kembali duduk di tempatku. Tapi dia terlihat terburu2 pergi ke... ke kamar kecil sepertinya.
"Hahahaha sepertinya dia menghentikan kegiatan tadi karna kebelet pipis. Tapi yang menonjol itu tadi apa ya?" Pikirku.
Beberapa saat kemudian, kulihat dia belum kembali juga, kuambil cermin di tasku.
"Hyaaaaa! Apa apaan penampilanku ini?!" Teriak ku saat melihat diriku di cermin, berantakan dan rambutku seperti tidak disisir bertahun2. Lipstik ku sudah hilang entah kemana. Aku segera merapikan penampilan ku. Aneh sekali, Kris lama banget di kamar kecil, apa dia sebenarnya kebelet BAB ya?

Kami sudah tiba di Jepang. Suasana nya tiba2 canggung. Tidak biasanya dia berdiam diri seperti ini. Mungkin tadi dia telah menyadari perbuatan nya tadi adalah perbuatan yang keji. Kulihat wajahnya seperti sedang sangat kelelahan. Apa yang terjadi padanya?

"Kita mau kemana?" Tanyaku padanya yang masih terdiam. Kantung matanya kelihatan jelas sekali. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
"Kita akan ke hotel." Jawabnya singkat tanpa melihat ke arah ku. Dia mengemudikan mobilnya perlahan tapi pasti ntah kemana. "Apaaa??" Pekikku terkaget. Apa yang sedang direncanakan nya kali ini?

Dan kini kami sampai di sebuah hotel yang sangat megah. "Wu Heaven Hotel" itulah yang tertera di depan hotel mewah itu.  Wu Corp memang tidak pernah berhenti membuat ku kagum. Cukup dengan kagum2an nya. Kenapa dia membawa ku ke hotel? Tidaakkkk... jangan bilang dia akan melakukan... "Aaarrrgghhhh" erangku begitu depresi, sampai menarik pipiku ke bawah, membuat wajahku seperti bulldog.
"Ini kunci kamar kita, pergilah. Siapkan tempat tidur yang hangat untukku." Katanya sambil mengerlingkan mata padaku. Tanpa pikir panjang segera aku meninggalkan pria mesum itu.

*Author POV
"Halo, aku sudah ada di hotel Wu Heaven, segera ke sini sekarang juga!" Bentak Kris pada seseorang di seberang telepon genggamnya.

"Permisi, apakah anda tau tuan Kris Wu sedang berada di mana?" Tanya Minah pada seorang customer service di hotel itu. "Ya, tapi kalau boleh saya tau, anda siapanya beliau ya?" Tanya CS itu balik pada Minah. "Saya asisten pribadi nya, saya disuruh menyiapkan ruangan untuk nya, tapi dia belum memberi tau kamar nomor berapa yang akan ditempati nya." Jawab Minah sambil menunjukkan kunci kamar yang dimiliki nya. "Tuan Kris Wu sedang ada di ruang pribadi nya di lantai 7. Pastikan anda melihat situasinya terlebih dahulu baru mengetuk pintu untuk masuk, karna beliau sedang ada pertemuan penting." Jelas CS itu pada Minah. "Baiklah, terimakasih ya." Balas Minah sambil memamerkan senyum manis nya.

"Pertemuan penting? Kukira kami cuman akan makan siang." Kata Minah pada dirinya sendiri selama di lift menuju ruangan Kris.

Minah melangkahkan kakinya perlahan, melihat situasi. Dia tau meskipun Kris pria mesum, tapi saat berhubungan dengan pekerjaan, dia akan menjadi pria yang sangat serius.

"Berani berani nya kau memakai uang perusahaan, apalagi itu uang gaji para pegawai hanya untuk kepentingan mu! Apa kau tidak punya otak?!" Suara Kris berteriak membentak seseorang di hadapannya terdengar sampai keluar ruangan pribadinya itu. Minah yang penasaran jadi ingin mengintip, melihat siapa kira2 orang yang sedang dimarahi oleh Kris itu. Setau Minah, Kris tidak pernah memarahi pegawai seperti itu, kecuali Minah. Minah tidak mengenali pria itu. Pria yang berwajah cukup tua, hampir 40 seperti nya.
"Maafkan saya pak. Saya berjanji tidak akan mengulangi nya lagi." Jawab pria itu dengan suara pelan dan takut2. Tapi sepolos apapun Minah, dia tau bahwa di wajah pria itu tidak ada raut penyesalan.

"Berani sekali bocah tengik ini memakiku. Hanya karna dia jenderal manajer, bukan berarti dia  pantas memarahi aku yang lebih lama bekerja di perusahaan ini." Batin pria tua itu.
Kris bukanlah pria yang bodoh. Meskipun dia belum bekerja terlalu lama di perusahaan keluarga nya ini, dia tau mana yang baik dan buruk bagi perusahaan ini.

"Wu Corp didirikan untuk mensejahterakan para pegawainya. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi. Kalau kau berpikir bahwa kau bisa mempermainkan perusahaan hanya karna kau memiliki jabatan yang lumayan. Bukan berarti kau akan lebih dipentingkan bahkan dari cleaning service. Bahkan akupun tidak pernah berpikir bahwa pegawai dengan jabatan rendah pantas diperlakukan seperti yang kau lakukan pada mereka. Kau sama saja dengan sampah yang busuk." Bentak Kris lagi pada pria itu.
"Tapi ini sebuah kesalah pahaman pak. Saya dijebak oleh mereka yang iri dengan jabatan saya. Saya tidak melakukan kesalahan pak." Bantah pria itu, mencoba membela diri
"Kau kira aku bodoh?! Kau kira aku akan memanggil mu kemari kalau aku tidak tau semua permasalahan nya? Aku sudah menyelidiki mu selama beberapa waktu, dan hasilnya cukup membuat ayahku kecewa. Kau direkrut langsung olehnya. Tidak disangka kelakuan mu tidak lebih dari sampah masyarakat. Kau memakai semua uang itu untuk berfoya2, bermain perempuan, bahkan anak istrimu tidak tau kau punya uang yang cukup banyak untuk membeli rumah mewah untuk simpananmu. Hebat sekali. Pergilah dari sini. Kau dipecat!" Jelas Kris dengan tegas, dan tanpa keraguan. Pria yang tidak menyangka semua rahasianya telah diketahui itu, pergi dengan wajah shock dan lunglai berjalan keluar ruangan itu.
Minah yang menyaksikan kejadian tadi hanya dapat terpana. Dia tidak pernah melihat langsung ketika Kris sedang berhadapan dengan para pegawai, bahkan klien. Minah selalu bersikap tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Kris, sampai dia tidak menyadari bahwa Kris merupakan pemimpin yang sangat berwibawa dan bijaksana.

Pria tadi sudah melewati Minah yang berdiri di dekat pintu. Minah hanya melihati langkah pria itu sampai menghilang di balik dinding.
"Sedang apa kau di sini?" Suara Kris tiba2 menyadarkan Minah dari lamunannya. "Haa? A..aku, aku ke sini mau bertanya, maksudku, kau tadi tidak memberi tahu kamarnya nomor berapa, jadi aku mencarimu." Jawab Minah dengan tergagap. Tanpa dia sadari pipi memanas dan merah. Detak jantungnya tiba2 tidak karuan.
"Ooh, nomor 777." Jawab Kris singkat, yang dibalas Minah hanya dengan anggukan. Kris curiga, tidak biasanya gadis ini tidak memarahinya karna lupa pada hal seperti ini.
"Wajahmu merah, kau sakit?" Tanya Kris pada Minah, sambil menyentuhkan punggung tangannya ke dahi Minah.
"Tidak.. aku tidak sakit." Jawab Minah sambil menggeleng. "Semerah itu kah wajahku?" Pikir Minah.
 "Ooh, kalo gitu ayo. Aku sudah lapar, aku baru saja membuang racun. Masalah kamar nanti saja kita mengeceknya bersama." Kata Kris sambil berjalan meninggalkan Minah yang masih terkagum oleh sosok Kris yang baru diketahuinya.

*Kris POV
"Aneh sekali, tidak biasanya gadis ini tidak melawan seperti kucing liar saat kuajak melakukan sesuatu." Batinku. Padahal biasanya kusuruh mengambil kopi saja dia langsung melawan. Ntah kenapa aku mau mempertahankan pekerja pembangkang seperti anak yang satu ini.
"Hei, makan makanan mu itu. Nanti jadi sia2." Perintah ku pada gadis mungil yang duduk di seberang meja makanku. Dia terlihat sakit. Wajah nya memerah, dan tadi aku merasa kening nya cukup hangat.
"Aku tidak selera." Jawabnya singkat. Suaranya yang biasa cempreng dan tinggi sampai memekakkan telinga itu kini terdengar serak.

"Ayo masuk!" Perintah ku pada Minah yang masih mematung di sebelah ku. Aku sudah membukakan pintu untuk nya tapi dia tidak masuk juga. "Kita sekamar?" Tanyanya dengan wajah histeris nya yang biasa. Mudah sekali membully gadis ini, cukup dengan membuat nya malu dengan hal2 seperti sekamar dan ciuman biasa, dia akan ketakutan seperti kucing yang tersudut. Dasar amatir.
"Tentu saja, kau kira aku akan menyewa kamar untuk mu? Buang2 uang saja." Jawabku.
Hahahahaha. Kalau dia percaya aku menyewa kamar ini berarti dia benar2 bodoh. Aku pemilik hotel ini, tidak mungkin aku akan di suruh membayar untuk berapapun kamar yang kupesan.
"Aku saja yang bayar sendiri. Aku bawa ATM kok." Katanya lagi. Segitu takutnya ya dia kuapa2in. Dasar. Melihat tubuhnya telanjang sekalipun aku tidak akan terpengaruh. Dada kecil, pendek, pinggul tak seberapa, pantat kecil, hanya kaki nya saja yang bisa diandalkan. Tapi entah kenapa, tadi di pesawat, hasratku jadi tidak terkendali hanya karna berciuman dengan nya. Tidak dapat kupercaya. Aku menghabiskan setengah jam untuk menenangkan teman kecil di bawah sana.
"Kau kira ATM mu akan di terima di sini? Kita di Jepang, bukan Korea. Terima saja, dan cepat masuk." Kataku padanya, sambil mendorong nya untuk masuk ke kamar.

"Wuaahhhhhh" Suara kekaguman terdengar dari si mungil. Tentu saja dia kagum, ini adalah suite room terbaik di hotel ini. Banyak sekali tokoh dunia yang menginap di sini. Harusnya dia sangat bangga bisa tidur di sini.
"Kau sedang apa?" Tanyaku saat melihat dia membawa bantal dan selimut ke sofa di kamar itu. "Tidurlah di tempat tidur, aku tidur di sofa saja." Jawabnya.
Dasar bodoh, kamar ini punya 2 tempat tidur, kenapa dia harus tidur di sofa?
"Tempat tidur mu di sana." Kataku sambil menunjukkan ruangan di kamar itu. Lalu dia berjalan menuju tempat yang kutunjukkan. "Lalu kau tidur di mana?" Tanyanya. "Aku akan tidur di tempat tidur di sana." Jawab ku. Dia terlihat kaget.
"Kenapa? Kau berharap tidur satu tempat tidur dengan ku?" Godaku, wajah nya langsung memerah karna malu. Lalu dia segera berlari ke ruangannya. Benar kata orang2 polos dan bodoh memang beda tipis.

Aku mendengar suara shower dari kamar mandinya. Sepertinya dia sedang mandi. Aku baru selesai mandi, duduk di sofa sambil menonton TV, dengan hanya menggunakan yukata tidur dan boxer pendek. Penampilan seperti ini biasa bagiku. Para pegawai di hotel ini juga tau kalau aku memang tidur tanpa busana. Baik bagi kesehatan.
Aku tidak mendengar suara shower lagi, tapi gadis itu tidak keluar juga dari ruangannya, padahal ini sudah cukup lama. Jadi kuputuskan untuk mengecek ke ruangannya, dia tidak mungkin masih telanjang kan?

"Hei.. kenapa kau lama sek..." kataku tertahan saat kulihat tubuh polos di hadapanku. Kulihat handuk di lantai, sepertinya dia sedang mengoleskan body lotion. Glupp. Baiklah pemandangan ini cukup membuatku sulit menelan ludah.

"KYAAAAAAAAA!!!!!" Teriakan nya memecah gendang telinga. "Dasar mesum keluar kau!!!" Teriaknya, lalu kurasakan tumbukan keras mengenai wajahku. Dia melempar bantal tepat di wajahku. "Aku hanya mengecek keadaan mu..." Kataku coba menjelaskan maksud kedatangan ku, meskipun memang aku sedikit menikmati pemandangan indah barusan. "Keluarrr!!!" Teriak nya lagi. Aku terpaksa keluar dari ruangan itu. Padahal aku masih ingin menikmati pemandangan indah tadi.

"Apa2an itu tadi, aku hanya melihat sedikit, lagi pula siapa suruh tidak mengunci kamarnya. Badannya juga enggak enak2 banget untuk di pandang tuh. Meskipun lebih bagus dari ekspektasi ku." Gerutuku sendiri. Duduk di sofa mencoba menenangkan diri, dan melupakan ingatan tentang tubuh Minah. Aku merasakan nyeri dan ngilu di bagian bawah tubuhku, akupun merasa panas.
"Aisshhhhh." Gerutu ku, karna ngilu itu menandakan aku harus mandi air dingin untuk menurunkan suhu tubuhku malam ini.

Dan akhirnya aku bisa tidur.
"Kriiss..." Kudengar suara memanggilku, dan suara itu sangat dekat. Kuhidupkan lampu tidur di sebelah tempat tidur ku. "Minahh?!" Pekikku terkaget melihat dia ada di kamarku saat ini, di jam 01.37 pagi.
Dia memakai yukata tidur juga. Tapi... astaga, dia tidak memakai pakaian dalam?! Dia mencoba menggoda ku? Tidak kusangka, padahal tadi pagi dia bilang aku telah mencuri ciuman pertama nya, dasar wanita semua sama saja.
"Kriis... aku..." Kalimatnya tiba2 berhenti, dan tubuhnya terjatuh menimpaku. Kuguncang tubuhnya mencoba membangunkan nya, tapi dia tidak sadar juga, kuraba pipinya, "Astaga tubuhmu sangat panas." Pekikku saat menyadari suhu tubuhnya yang tidak normal itu.
Segera kubaringkan tubuhnya di tempat tidur. Yukatanya agar miring dan menunjukkan gundukan yang mencuri perhatianku. "Fokus Yifan, dia sedang sakit!" Perintah ku pada otakku agar tidak menyeleweng dari apa yang seharusnya kulakukan.
"Halo, Sehun. Apa yang harus di lakukan saat seseorang sedang demam?" Tanyaku pada Sehun dari telfon. Dia pegawai di perusahaan ku, sekaligus dokter pribadi ku. "Kau menelepon ku hanya untuk menanyakan hal itu?... Sehun, ayolah, jangan membuat ku menunggu." Kudengar suara perempuan dengan nada yang sangat familiar di telingaku. Dia sedang bercinta-,- sedangkan aku harus mengurus gadis sakit yang ternyata seksi.
"Pertama, pastikan pakaian nya tetap kering, ahh... udara di sekitarnya lembab, dan kompres dia, ka.. kalau di sana ada p3k, uhh...  beri dia obat pereda panas." Jelas Sehun sambil mendesah di sela2nya. "Oke, dan satu hal lagi bisa tidak kau fokus pada satu hal saja saat bicara dengan ku, kau menjijikan." Kataku padanya, lalu langsung menutup telepon nya.
Segera kulakukan semua yang diberitahukannya tadi. Kusediakan pelembab udara, kusiapkan kompres, mengambil obat penurun panas, dan pakaian... "Dia kan tidak bawa baju ganti, baiklah pakai pakaian ku saja dulu." Omel ku sendiri.
Kuelap semua keringat yang membanjiri tubuhnya, dari kening, leher... pundak, bagaimana dengan tubuhnya? Ya sudahlah, dia juga tidak akan marah toh demi kebaikannya juga.
Kutarik tali yukatanya. Yukata itu terbuka, menunjukkan tubuh yang tadi kupandangi dari jauh. Gadis ini diam2 menyembunyikan harta karun dibalik baju2 nya yang kelewat tertutup.
"Astaga." Segera aku menyadari bahwa semakin lama membiarkan tubuhnya terbuka begini, malah akan memperparah demamnya. Jadi segera ku elap seluruh tubuhnya. Kulitnya sangat halus. Tidak sengaja, ujung jari2ku menyentuh kulitnya. "Kris kendalikan dirimu, cukup dengan mandi air dinginnya." Batinku, mengingat kan diri sendiri untuk berpikir rasional.
Kupakaikan bajuku pada nya, tentu akan sangat kebesaran.
Kompres, oke. Tubuh kering, oke. Pelembab udara, oke. Obat? Baiklah, tidak ada cara lain.
Kumakan obatnya, beserta air sekaligus, kutahan di mulutku, kubuka sedikit mulutnya, dan memasukkan obat itu ke mulutnya dan membuatnya menelan obat itu dengan paksa. "Kau satu2nya perempuan yang berhasil membuatku menciummu lebih dulu." Bisikku di telinga nya. Ya, biasanya para wanitalah yang menempel padaku. Bukan salahku, mereka saja yang keganjenan. Kejadian waktu dikamar mandi perempuan itu juga karna wanita itu yang memaksaku bermain dengannya, aku bahkan tidak berhasrat sama sekali. Dan kau muncul membuatku gila, dan menjadi ganas.
"Istirahat lah, sudah kuduga kau memang sakit." Kataku padanya meskipun kutau dia tidak mendengarku.

*Author POV
Cipp cipp cipp
Suara burung bernyanyi di pagi hari yang cerah.
"Engghhhh" Lenguhan Minah terdengar di suite room itu.
"Kepalaku sakit." Katanya sambil memegangi kepalanya. Dia ingat semalam tubuhnya panas dan meriang. "Hehh?" Lalu dia sadar dengan pakaian nya. Meskipun dia sakit dia ingat bahwa semalam dia memakai yukata, sedangkan sekarang dia memakai kemeja biru tua kebesaran. Dilihatnya ke sekeliling sampai dia menyadari ada seonggok(?) tubuh di sebelahnya. "Astaga! Kriisss?!" Pekiknya, lalu membungkam mulut nya sendiri. Dengan takut2 dia mengangkat selimut dan mendapati tubuh polos Kris. Dia tidak memakai sehelai benangpun. "Ya ampun, apa yang terjadi semalam?" Batin Minah, merasa ngeri membayangkan apa yang terjadi semalam antara dia dan Kris. "HYAAAAAAAA!!!!!"


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar